SEMANGAT DAMAI
Di dalam tiap komunitas, tiap kelompok kecil perkumpulan sekalipun selalu ada suara-suara damai. Suara itu kadang lirih hanya terdengar melalui telinga hati, kadang sangat jelas tegas tersiar hingga ke seluruh anggota kelompok. Dalam kelompok penjahatpun, selalu ada suara-suara damai seperti itu. Selalu ada percikan semangat damai dalam diri seseorang dalam keadaan apapun situasi yang dihadapinya. Sebuah semangat yang selalu penuh energi untuk mengurangi, menghalangi, meredam semangat penghancur, pembenci, dan pemecah belah. Dan uniknya semangat damai itu menemukan kekuatannya terbaiknya ketika dibagikan, digelorakan, diwartakan, dilakukan.
Dalam diri pribadi seseorang, semangat damai itu, sekalipun selalu ada disana, tidak sepenuhnya selalu bisa disadari, diakui, dan apalagi dikatakan. Selalu muncul gejolak-gejolak lain dalam diri tiap orang untuk mempertimbangkan apakah semangat damai itu diperlukan, layak dipergunakan, atau disuarakan. Gejolak-gejolak lain yang entah menyeimbangkan entah justru membuat tidak seimbang kondisi psikologis seseorang itu bisa menutupi, menenggelamkan, dan menekan begitu dalam semangat damai. Dibutuhkan sebuah keberanian yang luar biasa, keberanian yang melampaui yang dimiliki oleh para pendekar, pejuang, pahlawan, komandan, atau pemimpin manapun untuk menetapkan diri pada pilihan untuk mengkondisikan diri dalam damai dan tentu secara praksis memperjuangkannya sebagai nilai terpenting dalam hidup. Keberanian paling sederhana yang sangat mudah terabaikan dalam masyarakat yang cenderung maskulinis-machois-paternalistik seperti saat ini.
Dalam sebuah kelompok atau komunitas, suara-suara yang muncul dari semangat damai yang tersalurkan dari diri masing-masing anggotanya menghasilkan dinamika yang menarik. Ada gambaran-gambaran yang tidak seragam dari semangat damai itu, tergantung pada kandungan kepentingan dan tujuan yang termuat di dalamnya. Di dalam sebuah komunitas atau kelompok tertentu, semangat damai itu seperti benih di sebuah ladang dengan karakteristis jenis tanahnya. Bisa jadi lahan itu subur dan memberi ruang yang begitu sempurna bagi pertumbuhannya, bisa jadi sebaliknya. Bisa jadi lahan itu berbatu-batu dan terjal, sehingga sekalipun ada ruang tumbuh memadahi namun resiko yang mengelilinginya begitu mengancam. Namun benih itu ada disana, tak peduli apapun jenis tanahnya. Tak peduli apapun bentuk komunitas dan kelompok, selalu ada benih-benih perdamaian terselip disana, siap untuk tumbuh - dengan segala tantangan dan resikonya, dan saatnya siap untuk berkembang dan menebarkan aromanya.
Semangat damai bukanlah jawaban atas konflik dalam sebuah kontradiksi. Seolah-olah orang atau komunitas membutuhkannya ketika konflik terjadi. Semangat damai itu ada sejak dari awal refleksi diri dan interaksi interpersonal orang dengan orang lain dan lingkungannya. Kalaupun konflik terjadi, semangat damai itu ada disana, mungkin sedang mengendap, berdiam, tersisihkan. Semangat damai ada sekalipun konflik sedang menggelora dalam puncaknya. Semangat damai tidak bisa berfungsi sebagai obat seolah konflik adalah penyakit yang harus diperangi dan dihancurkan. Semangat damai adalah bagian dari kesadaran terhadap konflik, bagian dari penerimaan terhadap konflik, bahkan bagian dari munculnya konflik itu sendiri.
Jika konflik adalah gerakan perkembangan baru yang tidak lagi menemukan kesesuaian dalam ruang kesadaran diri atau komunitas, maka semangat damai adalah gerakan baru yang menyediakan ruang bagi perubahan dan mengantisipasi agar gerakan-gerakan baru berkembang dengan alamiah dan tidak saling menghancurkan. Semangat konflik dan semangat damai adalah gerakan yang sama-sama mengembangkan kesadaran baru bagi tiap pribadi maupun komunitas. Sama-sama sebagai pengelola yang arif terhadap perubahan.
Jadi tunggu apalagi, mulailah bagikan semangat damaimu. Damai di hati, damai di bumi.
Komentar