Menghargai Diri Sendiri ... (II)
MEMETAKAN DIRI
(Dalam pengalaman, ini adalah fase yang paling memakan waktu.
jadi perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tidak dalam satu sessi latihan)
Banyak hal yang bisa petakan dalam diri kita selain deskripsi fisik yang kita miliki. Secara umum diri kita bisa dipetakan berdasar pada 4 hal yaitu: Perasaan, Pemikiran, Keahlian, dan Relasi. (Bandingkan dengan Peta Potensi 4H: Head, Hand, Hearth, and Human). Kategori ini sekedar sebagai sebuah alat untuk menentukan seberapa akurat analisa diri dilakukan. Jika dirasa ada model kategori yang lain, atau pembagian yang berbeda tentu selalu terbuka untuk dimanfaatkan. Untuk meminimalisir bias, akan baik jika tiap orang juga menyadari sentimen gender, agama, status sosial, dan nilai-nilai personal yang bisa mempengaruhi proses berlangsungnya pemetaan potensi diri.
Perasaan/Hati/Naluri
Perasaan adalah segala bentuk kemampuan kita yang berlangsung berdasarkan apa yang kita rasakan, apa yang mempengaruhi suasana hati, apa yang paling menyentuh kesadaran hakiki kita sebagai manusia. Tiap orang memiliki pola dan jenis perasaan yang berbeda dan khas yang selalu menjadi bentuk refleksi dan pertanyaan berhubungan dengan kehadirannya di dunia ini secara pribadi. Perasaan ini bisa dilihat terjadi pada diri sendiri, pada orang lain, pada sebuah peristiwa, pada sebuah gejala sosial, sampai pada hal-hal yang kasat mata dan susah dijelaskan dengan logika umum. Semua bentuk perasaan itu perlu didata satu persatu dengan jujur dan penuh kebanggaan.
- Bisa saja orang melihat dirinya sebagai orang yang sederhana, orang yang rumit, orang yang ramah, orang yang penting, orang yang berani, dan sebagainya. Persaan pada diri sendiri ini penting untuk diakui oleh yang bersangkutan, karena bisa menjadi menarik kalau hal itu dibandingkan dengan orang lain yang melihat bagaimana seseorang merasakan dirinya. Dalam langkah ini, mengenali "buku harian" bagaimana seseorang mendiskripsikan dirinya sendiri menjadi langkah yang akan memberi banyak hasil.
- Perasaan pada orang lain juga penting untuk dipetakan. Apakah kita melihat orang dengan kecurigaan, stereotiping, rasialis, gengsi, dan segala bentuk perasaan spontan yang muncul ketika berjumpa dengan orang yang baru dikenal. Peta terhadap hal ini penting untuk melihat perbandingan yang sangat kontras yang akan terjadi ketika dibandingkan dengan cara orang lain dan atau dengan rekayasa perasaan untuk melihat orang lain. Dua macam permainan bisa dilakukan, misalnya memperkenalkan orang lain berdasarkan interview intensif, dan menggosipkan orang berdasarkan data tertulis.
- Perasaan terhadap sebuah peristiwa, fenomena, atau hal-hal supra-indrawi dalam konteks masyarakat Indonesia perlu dipetakan dengan hati-hati penuh keterusterangan dan keberanian mengatasi batas-batas rasa malu dan tabu. Karena semakin tertutup proses ini berlangsung, semakin klise dan hanya dipermukaan orang membicarakannya, maka peta yang dihasilkan dari dua hal diatas akan menjadi sia-sia. Contoh paling sederhana untuk memetakan perasaan ini adalah dengan membandingkan tingkat rasa iba, kasihan, ketertarikan, kemuakan, keingintahuan, terhadap peristiwa dan fenomena yang berbeda. Misalnya, manakah yang lebih menggugah perasaan kasihan kita, korban bencana alam, atau pengemis dijalanan? Atau manakah yang lebih menyentuh perasaan kita fenomena ajaib supranatural atau fenomena sosial yang nyata (pengangguran, kekerasan, kebodohan, dll.).
Pemikiran adalah segala kemampuan yang kita miliki yang dihasilkan oleh proses berpikir dan mengidealkan sesuatu. Hal ini sama sekali tidak tergantung pada tingkat pendidikan, usia, atau pengalaman intelektual seseorang. Pemetaan terhadap pemikiran lebih menekankan pada kekayaan ide, keunikan proses berpikir, pilihan-pilihan logika, dan kesediaan untuk mencari model-model berpikir yang berbeda.
Baiklah kita mulai dari yang paling mudah menstimulasi pemikiran kita. Ada orang yang stimulasi pemikirannya terjadi ketika ada pencetus dari luar dirinya, seperti mendapatkan berita, membaca buku, mendengarkan orang lain, dan atau menerawang melamun membuka dengan cara paling sederhana keluasan pikirannya sendiri. Sekalipun setiap orang tahu bahwa pada akhirnya orang yang bersangkutanlah yang harus menyaring, memilih dan menentukan apa saja yang bisa mempengaruhi pemikiannya.
Lantas apa saja yang perlu didata untuk menemukan peta pikiran kita?
- Semuanya, semua hal yang senang kita pikirkan. Ada orang yang senang memkirkan sport, sehingga akan sangat menyenangkan berdiskusi mengenai olahraga dengan orang seperti ini. Sekalipun bukan seniman, ada orang yang senang menggunakan pemikirannya dengan pola pemikiran seorang seniman yang cenderung melihat sisi keindahan dari segala hasil karya alami maupun buatan manusia. Ada yang bukan ahli matematika, namun sangat senang jika pikirannya dipacu oleh perhitungan matematis dalam hidupnya.
- Semua hal juga yang meliputi segala ide yang muncul dalam pikiran kita, yang paling halus hingga yang paling liar dalam merespon apa yang terjadi pada diri kita sendiri maupun orang lain, apa yang sedang terjadi di dunia ini dan segala fenomena yang kita tangkap melalui pikiran kita. Tiap orang selalu memiliki ide baru dan sadar atau tidak berusaha melakukannya. Dengan memetakan tiap ide yang dimiliki seseorang, kita semakin mudah melihat bahwa selalu terjadi perubahan dinamis dalam diri kita, dalam pikiran kita sekalipun. Selalu ada perubahan, perkembangan, dan penyesuaian yang kita sengaja agar apa yang ada dalam pikiran/ide kita itu terwujud dalam diri kita.
- Kemampuan seseorang untuk secara kreatif menentukan apa yang dipilihnya juga adalah bagian dari peta pemikiran. Kreatifitas adalah sebuah pilihan berpikir untuk melihat, melakukan, dan memikirkan sesuatu dengan cara yang sama sekali otentik menjadi ciri kecerdikan diri seseorang. Jadi perlu dipetakan secara khusus apa saja yang dimiliki secara kreatif oleh seseorang. Itu bisa berupa sebuah cara sederhana, tindakan sederhana, atau sebuah konsep rancangan besar.
Keahlian/ketrampilan/kecakapan
Untuk memudahkan memetakan keahlian/ketrampilan/kecakapan ini akan sangat menolong jika kita mulai dari hal-hal yang paling sederhana dan paling sering kita lakukan, seperti menulis, membaca, mencangkul, menggambar, memasak, berlari, berenang, dan sebagainya. Segala hal yang merupakan kebisaan kita, yang pernah dan masih dan ingin kita lakukan/kerjakan/jalani. Jika telah terkumpul sebuah daftar kebisaan dalam bentuk sederhana itu, maka dilakukan proses penjabaran secara lebih detail.
- Pertama: Pilihan berdasarkan pada hal-hal yang kita rasa sebagai kebisaan yang paling membuat kita berbahagia pada saat melakukannya. Yaitu segala tindakan yang lebih khusus dan bisa diperlihatkan kepada orang lain. Semisal tentang menulis, kebisaan yang paling membahagiakan adalah ketika menulis halus dengan tinta khusus yang berguna bagi orang lain.
- Kedua: Pilihan pada hal-hal yang kita merasa bahwa kita mahir melakukannya. Punya trik khusus dan selalu menunjukkan hasil memuaskan pada diri kita. Tentu ada kebisaan-kebisaan yang kita merasa lebih mahir melakukannya daripada yang lainnya. Misalnya, mencangkul lahan basah di sawah lebih daripada memasang genting di atap. Kita sama-sama bisa melakukannya tapi (mungkin karena kita sedikit takut tinggi, dan lebih senang bekerja dengan sedikit basah) ada yang lebih mudah kita lakukan daripada yang lain.
- Ketiga: Pilihan pada hal-hal yang kita kerjakan paling menguntungkan baik secara finansial dan pertemanan dengan orang lain. Dengan alasan tertentu, bisa jadi jenis kebisaan ini bukanlah yang paling membahagiakan atau kita paling mahir melakukannya, namun ini adalah kebisaan yang menghasilkan uang, menghasilkan teman dan pengalaman istimewa.
Relasi/keterhubungan/kelompok
Setiap orang terhubung dengan orang lain melalui cara-cara yang unik dan khas. Ada banyak teori yang menjelaskan bentuk, alasan, dan kemauan dari terbangunnya keterhubungan satu orang dengan yang lain. Semua hal inilah yang perlu dipetakan dalam bentuk kategori diri manusiawi kita diantara orang lain di sekitar kita. Tentu perlu ditambahkan bahwa keterhubungan ini juga dipengaruhi oleh kondisi geografis, situasi politis, kondisi ekonomis, bahkan realitas alamiah lainnya. Namun fokus kita adalah seberapa besar dan pentingnya keterhubungan manusiawi kita itu dengan orang lain. Tentu saja agak sulit dibedakan manakan keterhubungan manusiawi dan yang tidak. Karena pada kenyataannya semua pengaruh jasmaniah itu tentu terlibat dalam jalinan keterhubungan. Oleh karena itu setidaknya kita tetap mempertahankan istilah keterhubungan alih-alih keterikatan. Keterhubungan sanak-saudara, keterhubungan perkawanan, keterhubungan keluarga.
- Pertimbangan pertama yang biasanya digunakan untuk memetakan keterhubungan adalah berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai bersama, kegiatan-kegiatan yang sedang dijalani bersama, dan impian-impian yang dimiliki bersama. Disini peta yang perlu digambarkan dengan jelas adalah bentuk-bentuk keterhubungan yang melibatkan seutuhnya dalam deskripsi lengkap potensi diri. Jika sebuah keterhubungan itu menghasilkan suatu manfaat, itu patut disyukuri, namun perhatian kita terutama adalah bagaimana bentuk nyata keterhubungan yang menghasilkan manfaat itu. Apakah keterhubungan berlangsung dalam suasana yang menggembirakan, menyenangkan, menenangkan bathin, atau, apakah keterhubungan tersebut terstruktur, terkendali dalam hukum perjanjian, dan tersistematisasi sedemikian rupa dengan penekanan pada keharusan-keharusan. Jika keterhubungan itu fokus pada hal-hal yang sedang dilakukan bersama-sama, entah seragam atau beragam, dengan relatifitas berat ringannya pada masing-masing pihak, maka fokus perhatian perlu ditujukan pada semangat terpenting yang digunakan masing-masing dan dibagikan dalam aktifitas itu yang menghubungkan tiap pribadi dalam aktivitas bersama. Jika keterhubungan itu berdasarkan impian bersama, maka bentuk-bentuk nyata impian apa saja yang terus menyegarkan keterhubungan itulah yang perlu dikumpulkan dan digambarkan dinamikanya.
- Pertimbangan kedua adalah intensitas keterhubungan itu. Analisa yang digunakan untuk bermain dengan hal ini juga beragam, namun jika kita bisa menggunakan matrik dasar analisa tingkat kepentingan dan pengaruh, hal itu sudah sangat menolong. Tiap orang terhubung dengan orang lain dipengaruhi juga oleh kepentingan-kepentingan. Ada kepentingan yang begitu otentik dan mendesak ada yang sekedar kebiasaan yang dianggap umum. Ada kepentingan yang egoistik namun juga ada yang empatik. Segala bentuk kepentingan inilah yang perlu dipetakan. Namun harus konsisten untuk melihat kepentingan diri dan bukan orang lain. Perlu kejujuran untuk mengungkapkan kepentingan diri dalam tiap keterhubungan yang kita miliki. Demikian juga keterhubungan yang dalam perspektif pengaruh adalah pemetaan terhadap bentuk pengaruh diri yang tersebarkan kepada orang lain melalui keterhubungan tersebut. Bisa pengaruh baik, bisa pengaruh yang kurang menguntungkan. Tetapi sekali lagi yang perlu menjadi perhatian penting adalah diri dan bukan orang lain.
- Pertimbangan ketiga adalah dengan mengukur dampak akhir dari tiap hubungan yang dibangun seseorang dengan yang lain. Memetakan keterhubungan dengan melihat dampaknya seringkali akan membawa kita pada kesadaran pentingnya memelihara secara tekun keterhubungan itu. Dan inilah titik pijak selanjutnya pada langkah-langkah penting untuk secara terkonsep dan terencana mengapresiasi diri. Karena pada akhirnya, menghargai diri sendiri, langsung atau tidak langsung akan memberi dampak pada orang lain dan alam semesta ini.
Komentar