ANAK YANG HILANG

DUA KISAH DALAM SATU PESAN

Dalam Alkitab (Kitab suci orang Kristen) terdapat dua kisah menarik yang menggambarkan tentang hubungan seorang anak dengan keluarganya (dalam pengertian yang luas dalam konteks masyarakat komunal).

Kisah pertama:

Judul kisahnya adalah: "Perumpamaan tentang Anak yang Hilang". Ketika Yesus dikritik oleh para pengagumnya tentang penerimaannya terhadap orang-orang (yang pada konteks jaman itu; dianggap) berdosa, Yesus menceritakan sebuah kisah tentang "Anak yang Hilang" (Baca di Kitab Lukas 15). Digambarkan bahwa anak ini jelas bisa dianggap durhaka melampaui batas dan meninggalkan keluarganya dengan sukacita untuk memperoleh kesenangan pribadi. Ketika bangkrut tak berdaya, dan lantas kembali kepada sang Ayah, si anak durhaka ini diterima dengan sukacita yang luarbiasa, bahkan tanpa sedikitpun mempersoalkan mengenai apa saja yang sudah dilakukannya.

Kisah sederhana dengan pesan yang kuat memperlihatkan bagaimana hubungan darah keluarga mampu melampaui segala sakit hati, kemarahan, dan kebencian. Sebuah penerimaan yang digambarkan sebagai sukacita terbesar yang bisa dimiliki oleh manusia. Kisah yang sungguh relevan dengan konteks jaman ini ketika setiap orang sedang mempertanyakan dengan semangat logis: siapa kawan dan siapa lawan.

Melalui kisah ini dengan mudah orang berasumsi mengenai model klasik kisah pertobatan; anak durhaka (dosa), jatuh sengsara (hukuman/kutukan), kembali pulang (pertobatan). Yang sudah agak progresif mungkin bisa lebih fokus pada pentingnya ekspresi sukacita sang Ayah dan kecemburuan sang saudara lain (yang hidup baik-baik), dan melihat pendekatan psikologis yang dilakukan. Sang Ayah yang spontan bersukacita dalam penerimaan, sementara saudara lain merasa didzalimi kebaikannya oleh tindakan sang Ayah. Perspektif seperti ini memang lebih masuk akal karena membuat seluruh kisah menjadi terhubung; sebuah perumpamaan ditujukan kepada orang yang menggerutu karena adanya tindakan penerimaan tanpa syarat.

Bagaimana dari perspektif si anak yang hilang? Apakah cerita hidupnya tidak menggambarkan sedikitpun mengenai alasan bermakna kepergiannya? Perumpamaan diatas sedikit condong pada gambaran sikap egois si anak durhaka dan kejahatannya berbuat sesuatu yang tidak bisa diterima oleh common sense keluarga dan mungkin juga masyarakat saat itu. Nah dalam pertanyaan seperti ini kita perlu melihat kisah lain yang menggambarkan sikap Yesus.

Kisah Kedua:

Judul kisah ini lebih tegas menggambarkan hubungan Yesus dengan saudaranya: "Yesus dan sanak saudara-Nya"  (Lihat di Kitab Markus pasal 3 bagian akhir). Ketika Yesus sedang sibuk menekuni kegiatan hidupnya bersama dengan orang banyak (selalu bisa diartikan sebagai orang-orang sakit, berdosa, terhina, terbuang), datanglah Ibu Yesus dan sanak saudaranya. Beberapa orang menyatakan hal itu kepada Yesus dan Yesus memberi komentar berfilsafat: "Siapakah Ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku?". Pertanyaan yang mencabik ketenangan-kewajaran-keberadaban sosial dalam konteks masyarakat yang terikat dengan kuat pada identitas klan. 

Dengan aneh malah Yesus membandingkan status sebagai keluarga (Ibu dan sanak saudara) dengan kelompok orang yang "melakukan kehendak Allah". Sebuah pandangan ekstrim yang dengan seketika membongkar "kemiringan logika" mengenai makna sebuah keluarga sebagai sistem dominasi dan kontrol. Satu kalimat menyengat pada kebekuan dan kekakuan sistem normatif kelayakan hidup berkeluarga. Tidak dalam hubungan darah, tidak dalam status resmi yang diterima masyarakat, tidak dalam tekanan tradisi-budaya-norma yang lazim, hubungan keluarga adalah kesamaan misi hidup. Ketika kesamaan misi hidup berada dalam cinta dan penerimaan illahi, hubungan keluarga menemukan makna terpentingnya.

Satu Pesan

Kisah pertama jelas menawarkan gambaran tentang perspektif cinta dan penerimaan yang melampaui kondisi apapun yang dimiliki oleh seseorang. Latar belakang, kelakuan-tindakan, pilihan hidup, dan cara berpikir yang berbeda tidak dilihat sebagai halangan untuk bisa menerima kembali. Selain itu, bahwa selalu ada peluang untuk mendapatkan kesempatan kedua dibuka lebar-lebar sekalipun kesalahan dan tindakan menyakitkan begitu mengganggu.

Kisah kedua memperlihatkan bagaimana konsep di atas dipraktekkan secara nyata sekalipun dalam situasi yang sama sekali tidak menguntungkan. Sebuah sikap yang bisa jadi hingga kini dianggap anti-sosial dan menyalahi norma budaya ketimuran. 

Dalam kisah kedua tidak digambarkan bagaimana kecewa dan gerutu dari Ibu Yesus dan sanak saudaranya. Pembaca yang terbiasa memaklumi reaksi kemarahan dan kekecewaan terhadap sebuah pandangan progresif sarat makna tentu dengan mudah membayangkannya. Kata-kata Yesus tegas dan bisa diterima karena dia adalah Allah sendiri. Orang yang setuju dan bersikap seperti Yesus tentulah orang-orang sombong arogan yang menyamakan diri dengan Allah. Demikianlah kisah kedua selalu dijadikan polemik tentang "siapa kawan siapa lawan". Dikotomi modernisme yang terlanjur menyesatkan.

Semua orang adalah anak yang hilang, dalam beragam kisah hidup dan pergumulannya. Namun setiap orang juga adalah manusia yang memiliki peluang yang sama untuk "melakukan kehendak Allah". Itulah dinamika utuh kehidupan manusia. 

Orang senang dengan konsep mengenai perkawanan, sekutu, persahabatan, keluarga, kelompok dan lain sebagainya, dan bisa karena saking kuatnya konsep itu, apa yang dipikirkan dan apa yang dilakukan oleh tiap-tiap orangnya menjadi tidak penting lagi. Pertemanan dijadikan ajang mengasah ketrampilan untuk saling menjelekkan, keluarga memaklumkan bulying dan penghinaan, kelompok yang berbangga dengan saling menebarkan kebencian.

Logika miring ini perlu diluruskan. Konsep kesamaan misi dalam berpikir dan bertindak yang melampaui sistem sosial, budaya dan kebiasaan komunal, dan tindakan nyata untuk hidup dalam laku praksis dalam misi itu. Yang ditawarkan jelas, perkawanan adalah hubungan saling menghargai dan menghormati, keluarga adalah hubungan saling mencintai dan menerima, kelompok adalah kumpulan aksi menjalani misi bersama.

Hidup Ahok.


[Alkitab bisa dilihat di : http://www.sabda.org/]

Komentar

Postingan Populer