Budaya Peduli
[Orasi Budaya yang disampaikan pada Pertemuan Lintas komunitas se Malang Raya]
– eks Gedung Bioskop Kelud –
25 Januari 2015
Saudara-saudari sesama anak bangsa yang sekarang sedang
bergembira dan bersyukur berada di Malang Raya. Salam Satu Jiwa.
Kita semua berada disini dalam satu semangat, satu gerakan
jiwa, satu roh, satu panggilan yaitu kepedulian. Kepedulian pada apa? Kepedulian
kepada Bhumi Arema, Malang Raya, tempat kita berpijak, berlindung, menghirup
udaranya dan meminum airnya ini. Kepedulian pada apa? Kepedulian kepada
keindahannya, ketertibannya, keramahannya, kesejukannya, kepedulian kepada
terutama orang-orangnya, siapa saja yang berada disekitar kita, ... kepedulian
pada apa dan siapa saja yang menjadi bagian dari hidup kita.
Di antara kita, ada pejabat, pegawai pemerintah, polisi,
profesor, dosen, profesional, buruh, sopir, mahasiswa, ibu rumah tangga, ...
segala macam profesi, segala macam status pekerjaan, segala tanggungjawab hidup
keseharian ... bersama-sama, saat ini, disini, berbagi impian yang sama, visi
yang sama, gambaran masa depan yang sama, yaitu saat semua orang memiliki
kepedulian yang sama, ... kepedulian kepada orang lain, sesamanya manusia, dan
kepada lingkungan alam, bumi yang satu ini.
Sebagai manusia yang berolah spiritualitas, kita percaya
bahwa diri kita dikarunia minat dan bakat yang berbeda-beda oleh Yang Maha
Kuasa. Dalam minat dan bakat kita masing-masing itulah kepedulian kita
menemukan bentuknya yang paling bermakna dan berdaya guna. Ada yang menunjukkannya
lewat kelembutan seni, tari-tarian, topeng malangan, wayang, sastra, lagu,
puisi, lukisan, foto, grafiti, segala macam bentuk ekspresi kedalaman refleksi
diri, sehingga kita bisa memaknai keindahan dan betapa berharganya hidup.
Ada yang menunjukkannya lewat hati yang tidak tega melihat
paku-paku di pohon, sampah berserakan sembarangan, pencemaran, banjir, macet,
penyia-nyiaan potensi, keacuhan, arogansi, dan lain sebagainya. Ada yang
menunjukkannya lewat hati yang iba menjumpai perbedaan tak disyukuri, konflik
tak dikelola demi kebaikan bersama, perselisihan dibiarkan. Itulah kepedulian.
Saudara-saudariku, dulur-dulur, kanca-kanca, arek-arek,
ada banyak kepedulian tersedia dalam ketrampilan, kepandaian, perasaan dan
bahkan segala relasi diri yang bisa kita bagikan. Sebanyak kepedulian yang
diharapkan oleh orang dan lingkungan di sekitar kita. Bagaimana hal itu
dipertemukan?
Bukan kebetulan jika kita ditinggali sejarah kegagahan Ken
Arok, ketegaran Ken Dedes, dan bahkan syair pujian kelugasan Patih Kebo Arema.
Sejarah yang akan terus menjadi saksi dan penanda bahwa kita adalah para
pemberani yang pantang menyerah dalam ketulusan dan kejujuran. Iya katakan Oyi,
tidak katakan kadit. Tidak bisa dipermainkan, diselewengkan, atau dimanipulasi
lagi. Iya katakan Oyi, tidak katakan Kadit.
Bukan kebetulan kalau kita semua juga ditinggali memori
tentang tempat ini, gedung ini, wilayah ini. Semasa saya menghabiskan tiga
tahun SMA saya di ujung jalan ini, wilayah ini, gedung ini adalah kehidupan
nyata keseharian beribu manusia berjumpa dengan orang lain. Sarapan, jajanan
dan kopi, makan siang, nambal sepatu, njahit baju, sampai obat merah dan
tensoplas yang tidak hanya sangat murah tetapi kadang juga gratis mengakrabi
dan menghidupi ingatan saya.
Seorang tambal ban diperempatan lampu merah tempat kami
ngobrol sepulang sekolah adalah guru tambahan bagi kami, bahkan ketika saya
kehabisan uang untuk naik oplet Malang-Batu untuk pulang karena terlanjur habis
untuk jajan, dialah tempat aman terakhir untuk meminta. Kami tidak pernah tahu
namanya, karena dia hanya ingin menjadi saksi bahwa dalam situasi apapun
kepedulian itu tetap tersedia.
Bentuk kebudayaan selalu berada dalam wujud relasi
perjumpaan antar manusia di dalam dunianya dan bagaimana hal itu dimaknainya.
Perjumpaan orang-orang yang mengekspresikan kepedulian akan menebarkan dan
menularkan kepedulian. Sampai kapan? Sampai semua orang tergerak untuk peduli,
sampai semua orang merasa bahwa ada orang lain yang peduli kepada dirinya.
Sampai ... sekalipun segala daya usaha melestarikan, memelihara, menjaga, dan
membangun keindahan Malang Raya ini ... tidak ada satu orangpun merasa ditinggalkan.
Itulah kepedulian kita semua.
Salam Satu Jiwa.
Komentar